Bagi Hou Wei, pemimpin tim bantuan medis Tiongkok di Djibouti, bekerja di negara Afrika sangat berbeda dengan pengalamannya di provinsi asalnya.
Tim yang dipimpinnya adalah tim bantuan medis ke-21 yang dikirim oleh Provinsi Shanxi, Tiongkok, ke Djibouti. Mereka meninggalkan Shanxi pada 5 Januari.
Hou adalah seorang dokter dari sebuah rumah sakit di kota Jinzhong. Ia mengatakan bahwa selama di Jinzhong, ia menghabiskan hampir sepanjang hari di rumah sakit untuk merawat pasien.
Namun di Djibouti, ia harus menjalankan berbagai misi, termasuk bepergian ke berbagai tempat untuk memberikan layanan kepada pasien, melatih petugas medis setempat, dan membeli peralatan untuk rumah sakit tempatnya bekerja, kata Hou kepada China News Service.
Ia mengenang salah satu perjalanan jarak jauh yang ia lakukan pada bulan Maret. Seorang eksekutif di sebuah perusahaan yang didanai Tiongkok, sekitar 100 kilometer dari Djibouti, ibu kota negara itu, melaporkan kasus gawat darurat yang menimpa salah satu karyawan lokalnya.
Pasien, yang diduga terjangkit malaria, mengalami reaksi alergi parah satu hari setelah mengonsumsi obat oral, termasuk pusing, berkeringat, dan detak jantung cepat.
Hou dan rekan-rekannya mengunjungi pasien di lokasi dan memutuskan untuk segera memindahkannya ke rumah sakit tempatnya bekerja. Dalam perjalanan pulang, yang memakan waktu sekitar dua jam, Hou mencoba menstabilkan pasien dengan menggunakan defibrilator eksternal otomatis.
Perawatan lanjutan di rumah sakit membantu menyembuhkan pasien, yang mengungkapkan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada Hou dan rekan-rekannya saat ia pergi.
Tian Yuan, kepala umum tiga tim bantuan medis yang dikirim Shanxi ke negara-negara Afrika yaitu Djibouti, Kamerun, dan Togo, mengatakan kepada China News Service bahwa mengisi kembali rumah sakit setempat dengan peralatan dan obat-obatan baru merupakan misi penting lainnya bagi tim dari Shanxi.
"Kami menemukan bahwa kekurangan peralatan medis dan obat-obatan adalah masalah paling umum yang dihadapi rumah sakit di Afrika," kata Tian. "Untuk mengatasi masalah ini, kami telah menghubungi pemasok Tiongkok untuk memberikan sumbangan."
Ia mengatakan tanggapan dari pemasok China sangat cepat dan sejumlah peralatan dan obat-obatan telah dikirim ke rumah sakit yang membutuhkan.
Misi lain tim Shanxi adalah mengadakan kelas pelatihan rutin bagi petugas medis setempat.
"Kami mengajari mereka cara mengoperasikan perangkat medis canggih, cara menggunakan teknologi digital untuk diagnosis, dan cara melakukan operasi bedah yang rumit," kata Tian. "Kami juga berbagi keahlian kami dari Shanxi dan Tiongkok, termasuk akupunktur, moksibusi, bekam, dan terapi tradisional Tiongkok lainnya."
Sejak 1975, Shanxi telah mengirimkan 64 tim dan 1.356 pekerja medis ke negara-negara Afrika yaitu Kamerun, Togo, dan Djibouti.
Tim-tim tersebut telah membantu warga setempat memerangi berbagai penyakit, termasuk Ebola, malaria, dan demam berdarah. Profesionalisme dan dedikasi anggota tim telah diakui secara luas oleh warga setempat, dan banyak dari mereka telah menerima berbagai gelar kehormatan dari pemerintah ketiga negara.
Tim medis Shanxi telah menjadi bagian penting dari bantuan medis Tiongkok ke Afrika sejak 1963, ketika tim medis pertama dikirim ke negara tersebut.
Wu Jia berkontribusi pada cerita ini.
Waktu posting: 18-Jul-2022